Kali Gendol - Kali Adem - Rumah alm.Mbah Maridjan

  • 0
Siang hari tadi jogja memang terasa panas (nek adem wengi mas bro....) (25/04/11:12.46) bingung mau kemana, akhirnya diputuskan untuk nyari tempat es klamud a.k.a klapa muda di babarsari, sudah kenyang sama klamud bingung lagi mau kemana, akhirnya diputuskan ke kali gendol, berhubung belum pernah kesana jadi ya let's gooo.

Singkat cerita nyampe kali gendol bekas erupsi merapi, masya allah maha besar kekuasaan allah apabila sudah berkehendak tak ada yang mampu menghentikannya.
sudah beberapa bulan terjadinya erupsi merapi namun hawa panas masih bisa dirasakan di kali gendol dan bisa dilihat adanya kepulan asap dari dalam sungai.

Perjalanan dilanjutkan ke Kali Adem - Kinahrejo daerah alm.Mbah Maridjan (-perjalanan-) dah nyampe, tiket masuk cukup murah dan terjangkau, 2 orang hanya 8 ribu+motor... tak berbeda jauh dengan di kaligendol, kondisi juga sama yang ada hanya hamparan pasir sejauh mata memandang dan mulai ada warna hijau tumbuhan. Ternyata sepeda motor tak bisa naik sampai bekas rumah alm.Mbah Maridjan namun bagi yang gak kuat jalan kaki panitia menyediakan jasa naik sampai atas dan pemandu tapi biaya per orang kena 20k(20 ribu) yah, mahasiswa mending buat makan dan rela jalan kaki nanjak sejauh 1 km, lumayan capek juga namun merasa senang juga apalagi kalau bareng-bareng jadi gak terasa capek..

Lama diatas memandang merapi dari bekas rumah sang penjaga merapi, sayang puncak sang merapi tak nampak karena kabut dan mendung. OK lama diatas hanya melihat sekitar kami putuskan untuk turun, pas turun ada pohon nangka yang belum ditanam namun kondisinya sudah gak terurus, karena kami memiliki jiwa alam (anak alam neh ceritanya) dan perduli pada lingkungan maka kami mencari tempat yang datar dan bertanah (kebanyakan pasir) kami tanam tumbuhan itu dan berharap kelak mampu menjadi pohon yang kokoh. Lanjut turun ke parkiran...

Ada kisah seru nih di parkiran, niatnya cuma mau tanya saja sama penjaga parkir yang juga asli daerah sekitar tentang rumah mbah maridjan, sebelum erupsi dan tanya bagaimana kelanjutannya daerah situ, apakah akan dibangun desa lagi atau tidak, lama kami ngobrol kami putuskan untuk pulang karena sudah rintik-rintik hujan turun, waktu tanya mau bayar parkir saya bilang "pak pinten?"(pak berapa) bapakpun menjawab "pun, mboten sah mawon mas?" (sudah, gak usah aja mas) entah memang gratis atau memang saya lagi beruntung ya kagak bayar parkir hehe,... jadi bisa buat jurus nih, ajak si tukang pakir ngobrol lama aja biar parkirnya gratis.. sekian kisah hari ini, karena freelancer juga butuh liburan :D

Salam Blogger :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar